![]() |
wakil presiden di ikn |
Benarkah IKN cuma proyek mercusuar megah yang menghabiskan uang rakyat?
Pertanyaan ini seolah terus ada, bahkan sepertinya Bapak Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka merasa perlu memberikan ketegasan.
Pertanyaan ini seolah terus ada, bahkan sepertinya Bapak Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka merasa perlu memberikan ketegasan.
Turun Langsung ke Proyek IKN
Sejak dilantik Oktober 2024, Gibran mendapat mandat khusus dari Presiden Prabowo: memimpin percepatan pembangunan IKN. Dan gaya kerjanya langsung terasa. Dia tak cuma rapat di Jakarta, tapi rutin blusukan ke jantung kota IKN di Kalimantan Timur. Media mencatat bahwa Gibran tak segan meninjau langsung pembangunan Istana dan kawasan kementerian, bahkan mengecek drainase dan material bangunan (Liputan6, Mei 2025).
Yang menarik, blusukan-nya tak selalu seremonial. MetroTV mencatat satu malam Gibran menghabiskan waktu di rusun pekerja IKN. Dia ngopi bareng buruh, menguji kelayakan hunian, dan mendengar langsung keluhan mereka: mulai dari air bersih hingga jaringan listrik (MetroTV, Juni 2025). Ini sinyal penting: IKN bukan cuma tentang gedung pemerintahan megah, tapi juga nasib ribuan pekerja yang membangunnya. Rusun menjadi simbol apakah proyek ini benar-benar manusiawi.
Mercusuar atau Proyek Ambisius?
Kritik bahwa IKN hanya proyek mercusuar terus mengemuka. Gibran pun tak menghindar. Di CNBC Indonesia, dia menegaskan: "Ini investasi untuk 50 tahun ke depan! Bukan untuk gaya-gayaan, tapi untuk pemerataan ekonomi dan mengurangi beban Jawa." (CNBC Indonesia, Mei 2025). Argumennya jelas: IKN dirancang sebagai smart, green, dan sustainable city yang menjadi lokomotif ekonomi baru.
Namun, pernyataannya bahwa IKN adalah "kesempatan emas" bagi investor menuai kritik. BBC Indonesia mengangkat suara yang merasa pernyataan itu elitis, seolah IKN hanya untuk pemodal besar, bukan rakyat kecil yang butuh sekolah dan puskesmas (BBC Indonesia, Mei 2025). Di sinilah kontradiksi IKN terasa: bagaimana mewujudkan kota futuristik tanpa mengabaikan kebutuhan dasar warga dan pekerja hari ini?
Rusun Pekerja
Kunjungan Gibran ke rusun pekerja menyoroti sisi lain IKN yang sering luput:
Kualitas Hidup: Apakah hunian sementara itu layak? Punya akses air bersih, listrik stabil, dan sanitasi memadai?
Logistik & Konektivitas: Bagaimana mengangkut material dan pekerja ke lokasi terpencil? Jalan akses masih sering berlumpur saat hujan.
Dampak Sosial: Bagaimana nasib warga lokal dan pekerja setelah proyek selesai? Apakah ada skema alih keterampilan?
Fakta bahwa Gibran menginap dan ngobrol santai di rusun adalah langkah positif. Tapi ini baru permulaan. Keberlanjutan penyediaan hunian layak dan fasilitas pendukung adalah ujian nyata komitmen pemerintah. Rusun bukan sekadar tempat tidur, tapi ukuran nyata apakah IKN menghargai manusia yang membangunnya.
sumber berita: cnbc, bbc, liputan6, metrotvnews, detik
Sejak dilantik Oktober 2024, Gibran mendapat mandat khusus dari Presiden Prabowo: memimpin percepatan pembangunan IKN. Dan gaya kerjanya langsung terasa. Dia tak cuma rapat di Jakarta, tapi rutin blusukan ke jantung kota IKN di Kalimantan Timur. Media mencatat bahwa Gibran tak segan meninjau langsung pembangunan Istana dan kawasan kementerian, bahkan mengecek drainase dan material bangunan (Liputan6, Mei 2025).
Yang menarik, blusukan-nya tak selalu seremonial. MetroTV mencatat satu malam Gibran menghabiskan waktu di rusun pekerja IKN. Dia ngopi bareng buruh, menguji kelayakan hunian, dan mendengar langsung keluhan mereka: mulai dari air bersih hingga jaringan listrik (MetroTV, Juni 2025). Ini sinyal penting: IKN bukan cuma tentang gedung pemerintahan megah, tapi juga nasib ribuan pekerja yang membangunnya. Rusun menjadi simbol apakah proyek ini benar-benar manusiawi.
Mercusuar atau Proyek Ambisius?
Kritik bahwa IKN hanya proyek mercusuar terus mengemuka. Gibran pun tak menghindar. Di CNBC Indonesia, dia menegaskan: "Ini investasi untuk 50 tahun ke depan! Bukan untuk gaya-gayaan, tapi untuk pemerataan ekonomi dan mengurangi beban Jawa." (CNBC Indonesia, Mei 2025). Argumennya jelas: IKN dirancang sebagai smart, green, dan sustainable city yang menjadi lokomotif ekonomi baru.
Namun, pernyataannya bahwa IKN adalah "kesempatan emas" bagi investor menuai kritik. BBC Indonesia mengangkat suara yang merasa pernyataan itu elitis, seolah IKN hanya untuk pemodal besar, bukan rakyat kecil yang butuh sekolah dan puskesmas (BBC Indonesia, Mei 2025). Di sinilah kontradiksi IKN terasa: bagaimana mewujudkan kota futuristik tanpa mengabaikan kebutuhan dasar warga dan pekerja hari ini?
Rusun Pekerja
Kunjungan Gibran ke rusun pekerja menyoroti sisi lain IKN yang sering luput:
Kualitas Hidup: Apakah hunian sementara itu layak? Punya akses air bersih, listrik stabil, dan sanitasi memadai?
Logistik & Konektivitas: Bagaimana mengangkut material dan pekerja ke lokasi terpencil? Jalan akses masih sering berlumpur saat hujan.
Dampak Sosial: Bagaimana nasib warga lokal dan pekerja setelah proyek selesai? Apakah ada skema alih keterampilan?
Fakta bahwa Gibran menginap dan ngobrol santai di rusun adalah langkah positif. Tapi ini baru permulaan. Keberlanjutan penyediaan hunian layak dan fasilitas pendukung adalah ujian nyata komitmen pemerintah. Rusun bukan sekadar tempat tidur, tapi ukuran nyata apakah IKN menghargai manusia yang membangunnya.
sumber berita: cnbc, bbc, liputan6, metrotvnews, detik
0 comments:
Post a Comment