![]() |
kegiatan outdoor |
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) bukan hanya proyek fisik atau infrastruktur, lebih dari itu, IKN adalah laboratorium sosial yang menguji bagaimana ribuan Aparatur Sipil Negara (ASN) dari luar dan masyarakat lokal bisa hidup berdampingan, membangun koneksi sosial, serta menjaga harmoni dengan alam dan budaya setempat. Di tengah tantangan adaptasi, muncul inisiatif-inisiatif akar rumput yang patut diapresiasi, salah satunya adalah Komunitas Healing IKN.
Komunitas Healing IKN: Ruang Baru untuk Koneksi Sosial
Komunitas Healing IKN lahir dari kebutuhan mendesak akan ruang sosial yang sehat dan nyaman di tengah hiruk-pikuk pembangunan kota baru. Didirikan oleh dua ASN Otorita IKN, Adinda Alya Salsabila dan Arif Ridwan Mas, komunitas ini menjadi wadah bagi ASN dan masyarakat untuk saling mengenal, berbagi pengalaman, dan saling mendukung dalam proses adaptasi di lingkungan baru .
Sejak berdiri pada 19 April 2025, Komunitas Healing IKN telah menggelar berbagai kegiatan yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana relaksasi, tetapi juga memperkuat koneksi sosial lintas profesi dan latar belakang. Kegiatan-kegiatan ini menjadi jembatan yang mempertemukan ASN pendatang dengan komunitas lokal, sehingga tercipta rasa memiliki dan kebersamaan yang kuat di IKN .
Membatik Model Budaya yang Menguatkan Koneksi Sosial
Salah satu kegiatan unggulan Komunitas Healing IKN adalah workshop membatik yang digelar bersama komunitas Batik Sepaku Nusantara. Kegiatan ini bukan sekadar ajang refreshing, tetapi juga upaya nyata melestarikan budaya lokal dan memperkuat ekonomi kreatif di sekitar IKN .
Workshop membatik ini melibatkan tiga subkomunitas batik dari tiga desa di Sepaku: Batik Semoi, Batik Tengin Baru, dan Batik Suka Raja. Kolaborasi ini membuktikan bahwa pelestarian budaya bisa berjalan seiring dengan penguatan koneksi sosial antara ASN dan masyarakat lokal. Melalui membatik, para peserta tidak hanya belajar teknik, tetapi juga memahami filosofi di balik motif-motif batik khas Sepaku, seperti "Motif Gentong Kembar Tumpah" yang melambangkan persatuan dan kebhinnekaan .
Kegiatan membatik ini juga mendukung pengembangan UMKM lokal, membuka peluang ekonomi baru, dan memperkuat sektor pariwisata serta ekonomi kreatif—dua pilar utama pembangunan IKN. Lebih dari itu, membatik menjadi sarana healing yang efektif, membantu ASN dan masyarakat menyeimbangkan tekanan pekerjaan dengan aktivitas kreatif yang menenangkan .
Menjelajah Gunung Parung
Selain membatik, Komunitas Healing IKN juga menginisiasi ekspedisi ke Gunung Parung, sebuah bukit setinggi 363 meter yang menjadi titik tertinggi di kawasan IKN. Gunung Parung bukan hanya menawarkan panorama alam yang memukau, tetapi juga menyimpan nilai ekologis dan budaya yang penting .
Gunung Parung terletak di Desa Sukaraja, Sepaku, sekitar 25 kilometer dari pusat IKN. Kawasan ini merupakan Hutan Adat Suku Balik Sepaku, sehingga setiap kunjungan ke Gunung Parung juga menjadi ajang mengenal kearifan lokal dan tradisi masyarakat adat. Ekspedisi ke Gunung Parung menjadi pengalaman healing yang utuh: tubuh diajak bergerak, pikiran disegarkan oleh pemandangan, dan hati diperkaya dengan interaksi budaya .
Gunung Parung memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata alam yang berkelanjutan. Keindahan alamnya yang masih asri, ekosistem karst yang penting untuk sistem air bersih, serta statusnya sebagai kawasan konservasi, menjadikan Gunung Parung sebagai aset berharga bagi IKN. Namun, pengembangan wisata di sini tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan agar tidak merusak ekosistem dan budaya lokal .
Koneksi Sosial
Mengapa koneksi sosial menjadi kata kunci dalam pembangunan IKN? Kota baru bukan hanya soal gedung-gedung megah, tetapi juga tentang bagaimana manusia di dalamnya saling terhubung, saling mendukung, dan bersama-sama membangun identitas kota. Komunitas Healing IKN membuktikan bahwa membangun koneksi sosial bisa dimulai dari hal-hal sederhana: membatik bersama, menjelajah alam, atau sekadar berbagi cerita di akhir pekan .
Koneksi sosial yang kuat akan menciptakan rasa memiliki, memperkuat ketahanan sosial, dan mencegah munculnya masalah-masalah sosial seperti alienasi, stres, atau konflik antar kelompok. Di IKN, di mana ribuan orang dari berbagai latar belakang harus beradaptasi, koneksi sosial menjadi fondasi utama untuk membangun kota yang sehat, inklusif, dan berkelanjutan .
sumber berita: antara, jawapos, kaltimpos
Komunitas Healing IKN: Ruang Baru untuk Koneksi Sosial
Komunitas Healing IKN lahir dari kebutuhan mendesak akan ruang sosial yang sehat dan nyaman di tengah hiruk-pikuk pembangunan kota baru. Didirikan oleh dua ASN Otorita IKN, Adinda Alya Salsabila dan Arif Ridwan Mas, komunitas ini menjadi wadah bagi ASN dan masyarakat untuk saling mengenal, berbagi pengalaman, dan saling mendukung dalam proses adaptasi di lingkungan baru .
Sejak berdiri pada 19 April 2025, Komunitas Healing IKN telah menggelar berbagai kegiatan yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana relaksasi, tetapi juga memperkuat koneksi sosial lintas profesi dan latar belakang. Kegiatan-kegiatan ini menjadi jembatan yang mempertemukan ASN pendatang dengan komunitas lokal, sehingga tercipta rasa memiliki dan kebersamaan yang kuat di IKN .
Membatik Model Budaya yang Menguatkan Koneksi Sosial
Salah satu kegiatan unggulan Komunitas Healing IKN adalah workshop membatik yang digelar bersama komunitas Batik Sepaku Nusantara. Kegiatan ini bukan sekadar ajang refreshing, tetapi juga upaya nyata melestarikan budaya lokal dan memperkuat ekonomi kreatif di sekitar IKN .
Workshop membatik ini melibatkan tiga subkomunitas batik dari tiga desa di Sepaku: Batik Semoi, Batik Tengin Baru, dan Batik Suka Raja. Kolaborasi ini membuktikan bahwa pelestarian budaya bisa berjalan seiring dengan penguatan koneksi sosial antara ASN dan masyarakat lokal. Melalui membatik, para peserta tidak hanya belajar teknik, tetapi juga memahami filosofi di balik motif-motif batik khas Sepaku, seperti "Motif Gentong Kembar Tumpah" yang melambangkan persatuan dan kebhinnekaan .
Kegiatan membatik ini juga mendukung pengembangan UMKM lokal, membuka peluang ekonomi baru, dan memperkuat sektor pariwisata serta ekonomi kreatif—dua pilar utama pembangunan IKN. Lebih dari itu, membatik menjadi sarana healing yang efektif, membantu ASN dan masyarakat menyeimbangkan tekanan pekerjaan dengan aktivitas kreatif yang menenangkan .
Menjelajah Gunung Parung
Selain membatik, Komunitas Healing IKN juga menginisiasi ekspedisi ke Gunung Parung, sebuah bukit setinggi 363 meter yang menjadi titik tertinggi di kawasan IKN. Gunung Parung bukan hanya menawarkan panorama alam yang memukau, tetapi juga menyimpan nilai ekologis dan budaya yang penting .
Gunung Parung terletak di Desa Sukaraja, Sepaku, sekitar 25 kilometer dari pusat IKN. Kawasan ini merupakan Hutan Adat Suku Balik Sepaku, sehingga setiap kunjungan ke Gunung Parung juga menjadi ajang mengenal kearifan lokal dan tradisi masyarakat adat. Ekspedisi ke Gunung Parung menjadi pengalaman healing yang utuh: tubuh diajak bergerak, pikiran disegarkan oleh pemandangan, dan hati diperkaya dengan interaksi budaya .
Gunung Parung memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata alam yang berkelanjutan. Keindahan alamnya yang masih asri, ekosistem karst yang penting untuk sistem air bersih, serta statusnya sebagai kawasan konservasi, menjadikan Gunung Parung sebagai aset berharga bagi IKN. Namun, pengembangan wisata di sini tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan agar tidak merusak ekosistem dan budaya lokal .
Koneksi Sosial
Mengapa koneksi sosial menjadi kata kunci dalam pembangunan IKN? Kota baru bukan hanya soal gedung-gedung megah, tetapi juga tentang bagaimana manusia di dalamnya saling terhubung, saling mendukung, dan bersama-sama membangun identitas kota. Komunitas Healing IKN membuktikan bahwa membangun koneksi sosial bisa dimulai dari hal-hal sederhana: membatik bersama, menjelajah alam, atau sekadar berbagi cerita di akhir pekan .
Koneksi sosial yang kuat akan menciptakan rasa memiliki, memperkuat ketahanan sosial, dan mencegah munculnya masalah-masalah sosial seperti alienasi, stres, atau konflik antar kelompok. Di IKN, di mana ribuan orang dari berbagai latar belakang harus beradaptasi, koneksi sosial menjadi fondasi utama untuk membangun kota yang sehat, inklusif, dan berkelanjutan .
sumber berita: antara, jawapos, kaltimpos
0 comments:
Post a Comment